Judul buku : Ayat-Ayat Cinta 2 (Sebuah
Novel Pembangun Jiwa)
Penulis : Habiburrahman El
Shirazy
Editor : Syahruddin El-Fikri
dan Triana Rahmawati
Cover : Putri Suzan Nurtania
Cetakan : Cetakan VIII, Desember
2015
Penerbit : Republika
ISBN : 978-602-0822-15-0
Tebal buku : 698 halaman
Harga : Rp. 95.000,00
Duka
tengah merundung Fahri. Sejak kepergian Aisha ke Palestina bernama Alicia,
sosok Aisha bagai hilang tertelan bumi. Tidak ada kabar dan informasi dimana
pastinya keberadaan Aisha. Jika masih hidup tinggal dimana atau jika telah
meninggal dimanakah jasad dan kuburnya? Semua adalah sebuah misteri yang
menyesakkan.
Keadaan
diperburuk dengan ditemukannya jenazah Alicia di pinggiran kota Hebron. Fahri
yang telah mengerahkan segenap kemampuannya untuk menemukan Aisha, perlahan
mulai menghentikan dan hanya terus berdoa untuk Aisha. Fahri menenggelamkan
dirinya dengan karir akademiknya. Dia menjadi dosen di University of Edinburgh
dan menetap disana. Popularitasnya semakin naik ketika ia mengikuti beberapa
forum diskusi ilmiah, menulis di jurnal internasional dan berdakwah.
Fahri
yang tinggal di Stoneyhill Grove bersama beragam tetangga yang “berbeda dan
unik” menjelma menjadi sosok malaikat tanpa sayap bagi tetangga-tetangganya. Hidup
dalam bayang-bayang Aisha membuatnya merana. Desakan untuk menikah lagi datang
dari berbagai pihak. Salah satunya dari Syaikh Utsman, yang ingin menjodohkan
Fahri dengan cucu perempuannya, Yasmin. Juga dari Ozan, yang ingin menjodohkan
Fahri dengan adik bungsunya, Hulya. Siapakah yang akan dipilih Fahri? Apakah
pada akhirnya Fahri akan menemukan Aisha?
Bismillahirrahmanirrahim...
Novel Ayat-Ayat Cinta jilid 2 ini dibuka dengan
penggambaran keindahan daratan Skotlandia yang menyihir para pembaca sedikit
demi sedikit masuk ke dalam atmosfirnya. Menurut saya, penggambaran ini cukup
berhasil menggiring pembaca untuk lebih masuk ke dalam cerita.
Rangkaian cerita di setiap bagiannya mengalir dan
menciptakan konflik-konflik yang beragam. Mulai dari konflik batin yang dialami
Fahri yang hidup dalam bayang-bayang Aisha sehingga membuatnya susah untuk
mencari pengganti Aisha, konflik Fahri dengan tetangganya bernama Keira yang
sangat membenci muslim karena pengalaman pahitnya di masa lalu, serta konflik-konflik
lain yang disajikan dengan apik.
Menurut saya, dibandingkan dengan Ayat-Ayat Cinta (AAC)
jilid 1, AAC jilid 2 ini lebih berisi namun, tidak membosankan. Karena penulis
bisa menyajikannya dengan porsi yang tepat secara bergantian. Pada AAC jilid 2
banyak saya temui sindiran-sindiran halus untuk muslim di masa ini. Sindiran yang
cukup keras namun, tetap terselip halus adalah mengenai bulan ramadhan dan penentuan
hari raya idul fitri di Indonesia.
Selain itu, dalam AAC jilid 2, saya terpikat dengan sikap
Fahri yang toleran dan peduli terhadap tetangganya yang berbeda agama dan
bahkan membencinya. Fahri tetap menunjukkan sikap bersahabat dan ramah bahkan
mau membantu tetangga-tetangganya yang dalam kesusahan. Fahri dengan tulus
membantu Nenek Catarina yang seorang Yahudi dalam mempertahankan rumahnya,
bahkan Fahri merawat Nenek Catarina dengan baik dan menganggapnya seperti
Neneknya sendiri.
Fahri pun menolong seorang muslimah yang mengemis di
sekitar kota yang meresahkan karena dianggap memperburuk citra muslim di Eropa
bernama Sabina. Fahri juga dengan tulus membantu Jason, Keira dan Nyonya Jannet
dalam menghadapi permasalahn dalam hidup mereka. Jason yang awalnya membenci
Fahri karena dia seorang muslim, sering mencuri coklat di minimarket milik
Fahri. Ia terus melakukan hal itu sampai suatu hari Fahri memberikan pelajaran
terbaik untuk Jason. Bukan dengan melaporkannya kepada polisi melainkan
membalas perbuatan Jason dengan perbuatan yang baik. Hal itu membuat Jason
menjadi bersahabat dengan Fahri.
Suatu ketika, Fahri dimintai tolong oleh Jason untuk
menolong Keira, kakak Jason yang ingin menjual dirinya demi bisa mewujudkan
mimpinya menjadi seorang pemain biola profesional.
Kebaikan-kebaikan Fahri tidak selalu mendapat respon
positif. Keira yang membenci muslim tidak suka dengan apa yang dilakukan Fahri
kepada keluarganya. Kebaikan Fahri menolong Nenek Catarina juga membuatnya
berurusan dengan Baruch, tentara zionis yang merupakan anak tiri Nenek
Catarina.
Ending dari AAC jilid 2 seharusnya menjadi ending yang
mengejutkan, namun sayangnya karena dari awal saya sudah mencium aroma kejutan
itu, alhasil saya tidak terkejut dengan endingnya.
Untuk masalah pemilihan diksi, tidak usah diragukan lagi.
Kang Abik selalu memiliki rangkaian-rangkaian kata indah yang khas yang membuat
pembaca tidak akan bosan menelususri kisah Fahri di AAC jilid 2. Sayangnya,
masih banyak saya jumpai penulisan yang kurang tepat baik penulisan kata maupun dalam penulisan
keseluruhan kalimat yang terkesan ada pengulangan kata yang sama dalam satu
kalimat sehingga membiaskan makna kalimat tersebut.
Menilik isi dari novel ini, banyak sekali pelajaran hidup
yang dapat diambil. Mulai dari ikhlas untuk menolong orang lain, membalas
keburukan dengan kebaikan, hidup bertoleransi antar umat beragama,dan masih
banyak lagi.
Dalam review ini saya memaparkan pada kehidupan Fahri
diluar kehidupan cintanya karena menurut saya kehidupan cinta Fahri akan terasa
lebih menggetarkan nurani ketika dibaca secara langsung.
Oh, ya, dari keseluruhan buku AAC jilid 2 yang sudah saya
baca, saya merasa cukup puas dengan buku
ini. Seperti novel Kang Abik yang lain, novel ini tidak hanya berisi romantisme
dua insan saja tapi juga berisi uraian-urain ilmu yang sangat bermanfaat bagi
kita jika kita mau meresapi dan merenunginya. Buku ini sangat menarik untuk
dijelajahi setiap halamannya. Jadi, tunggu apa lagi? Untuk yang penasaran akhir
kisah cinta Fahri, debat tentang Amalek
antara Fahri dengan Baruch, dan pelajaran-pelajaran hidup lainnya serta ilmu
yang tidak kalah berharga bisa segera merapat ke toko buku terdekat.
Sekian yang bisa saya
tuliskan, semoga bermanfaat.