Senin, 29 Juni 2015

[Review] Love and The City



Judul Buku                          : Love and The City
Penulis                                : Moemoe Rizal, Nabila Budayana, Anggun Prameswari, Indah Arifallah, Kent                                              Sutjipto, Indah Hanaco, Zelie Petronella, Winda Oei, Winda Krisnadefa,                                              Nurilla Iryani, Windhy Puspitadewi, Septantya Chandra            
Desain Sampul                    : MH Riski
Tata Letak Isi                      : AgriArt
Editor                                 : Aditya Yudis
Penerbit                              : Bypass
Tebal Buku                         : 208 halaman
Cetakan                             : I. Januari, 2015
ISBN                                 : 978-602-1667-05-7

                Akhirnya kesampaian juga buat nulis Riview buku ini. Buku ini adalah hadiah yang saya dapat dari TantanganZelie beberapa waktu yang lalu, alhamdulillah. Entah kenapa, saya merasa tergerak untuk menuliskan reviewnya.Oh iya, karena beberapa hari lalu ada teman saya yang nampar saya pakai kata-kata “bikin review itu salah satu nafas blogger”, jadi saya berusaha keras untuk nulis review. Kenapa buku ini? Karena buku ini yang paling baru saya baca, jadi masih ingat apa saja yang bisa ditulis untuk mereview buku ini. Perlu kalian ketahui juga, ini pertama kalinya saya nulis review jadi mohon maaf jika masih ada yang kurang. Oke, cukup basa-basinya, saya akan mulai mengupas buku ini.

                Love and The City merupakan buku antologi. Ada dua belas cerpen yang disajikan dalam buku ini. Tema buku ini adalah tentang kehidupan masyarakat urban terutama mengenai karier dan kisah cinta masyarakat urban. Walaupun kedua belas cerita pendek dalam buku ini bertema sama namun, tidak akan menimbulkan rasa bosan ketika kita membacanya. Karena latar belakang tokoh dan konflik yang disajikan berbeda-beda.


                Ada beberapa cerita yang menurut saya sangat berpotensi jika dijadikan sebuah novel. Kehidupan tokoh masih bisa diulas lebih dalam lagi dan konflik bisa dibuat lebih greget lagi (cerita dari Kak Moemoe Rizal dan Kak Anggun Prameswari). Ada juga cerita yang tidak pernah terpikir oleh saya tapi mungkin saja itu terjadi di dunia nyata (cerita dari Kak Zelie). Ada juga cerita yang benar-benar membuat saya geregetan karena ulah tokohnya (cerita dari Kak Nurilla Iryani). Disamping cerita-cerita yang luar biasa ini juga ada yang menurut saya memberi kesan ada yang kurang. Tapi keseluruhan ceritanya tetap bagus. Saya beri tiga dari lima bintang.. :D

                Kalau ditanya cerita mana yang menjadi favorit saya, saya akan menjawab cerita dari Kak Anggun Prameswari berjudul “Langkahan”. Menceritakan kisah tiga orang perempuan dua generasi yang memiliki definisi kebahagiaan yang berbeda. Jika sang kakak bahagia ketika kariernya berada di puncak, sang adik mendefinisikan bahagia ketika dia menikah dan memiliki pendamping hidup dan dia rela melepas kariernya yang notabene tidak setinggi kakaknya hanya untuk fokus mengurus keluarga barunya. Sedangkan sang ibu merasa bahagia ketika kedua anak-anaknya bahagia. Dalam cerita ini juga digambarkan secara singkat acara adat “langkahan” yang sudah jarang ditemui. Ya, acara ini diselenggarakan ketika adik akan menikah mendahului kakaknya. Acara ini diselenggarakan sebagai wujud permintaan doa restu dari sang kakak oleh sang adik. Jadi dalam cerita ini ada tiga poin penting, kehidupan urban sang kakak dengan segala problematikanya, budaya dan kehidupan perempuan sesuai takdirnya (walaupun berkarier, wanita tetap memiliki kewajiban untuk mengurus keluarga).

                Saya akan kasih bocoran sedikit deh, biar tambah penasaran. Kak Moemoe Rizal menuliskan sengitnya kehidupan para model. Kak Nabila menceritakan kisah perempuan yang meniti karier dan menjalankan sebuah misi untuk mendapatkan calon pendamping hidupnya. Kak Anggun menuliskan cerita yang sudah saya bahas di atas. Kak Indah Arifallah menuliskan kisah seorang pemilik toko kue yang harus memilih merelakan kekasihnya pergi atau meninggalkan toko kuenya dan mendampingi kekasihnya. Kak Kent menuliskan tentang pilihan yang harus diambil si tokoh utama yaitu antara Erick atau Goldman. Kak Indah Hanaco menuliskan tentang seorang anak yang dipaksa ibunya supaya cepat memiliki pasangan sampai-sampai dicarikan teman kencan oleh ibunya, kira-kira si ibu berhasil nggak ya? Baca sendiri. :p

                Kak Zelie menuliskan tentang kisah cinta diam-diam seorang guru dengan wali muridnya. Hmm, penasaran? Beli bukunya. :p
Kak Winda Oei menuliskan tentang pasutri yang belum bisa honeymoon gara-gara tidak bisa menyisihkan waktu. Kak Winda Krisnadefa menuliskan tentang seorang wanita yang ingin memiliki semuanya dan tidak bersyukur dengan apa yang telah ia miliki sekarang. Nah, loh. Apa dia dapat memiliki semuanya? Atau tidak akan mendapatkan semuanya? Penasaran? :p

                Kak Nurilla menuliskan tentang kisah dua anak manusia yang bertemu di biro jodoh online. Bener-bener bikin geregetan loh cerita ini, saya gemes banget sama dua tokohnya ini, ah pokoknya saya berasa ingin nimpukin mereka berdua pakai tisu. -_-

                Kak Windhy menuliskan kisah tentang cinta yang tumbuh di kereta (halah). Ceritanya tidak sesederhana deskripsi saya loh. Pokoknya seru deh. :D
Dan penutup dari rangkaian cerita ini adalah cerita dari Kak Septantya. Cerita tentang seorang ya boleh dibilang penyiar lah. Penasaran? :p

                Sudah-sudah, terlalu banyak spoiler kan jadinya. -_-
                Buku ini cocok dibaca saat santai di sore hari sambil minum teh. Cocok dibaca oleh kaum urban maupun bukan. Half-Blood Urban seperti saya juga boleh kok (halah apa itu half-blood urban? ya kan saya 8bulan jadi kaum urban yang 4 bulan balik jadi orang desa lagi :p #mulaingaco).

                Oh ya, ada beberapa kutipan yang saya suka dari cerita-cerita ini :
Di dunia ini, jodoh susah ditemui. Kita boleh percaya kita sudah dipasangkan Tuhan, tapi kita nggak pernah tahu siapa orangnya (halaman 29).

Kebohongan adalah kebohongan. Tak ada bohong putih atau hitam (halaman 33).
“Bahagianya orang itu nggak sama, Jani. Kalau bahaigiamu adalah menikah, bahagianya Ajeng belum tentu.” (halaman 52)

Apa aku sekadar bagian masa lalu, tapi tak ada dalam daftar masa depanmu? (halaman 73)

Percuma menangis. Masalahku tak akan selesai kalau hanya tersedak air mata sendiri. (halaman 75)

Mama mencintai Papa dengan caranya sendiri. Mungkin segala kecerewetan dan suara tingginya yang mencapai sekian oktaf itu merupakan tanda cinta yang paling tulus. (halaman 102)

“Tiap anak berhak mendapatkan bintang sebagai apresiasi dari usaha yang dia lakukan. Kalau sampai ada anak yang tidak mendapatkan bintang, berarti dia tidak bisa diajar. Bayangkan, bagaimana mungkin seorang anak sampai tidak bisa diajar? Mungkin lebih baik gurunya yang berhenti mengajar.” (halaman 110)

                Duh, kutipan yang terakhir ini bikin nyesek deh. Tapi cukup memotivasi juga untuk calon Bu Guru seperti saya yang harus bisa mengajar dan mendidik siswanya kelak #Eaa :D



Penampakan saya bersama buku Love and The City :p



Dapat tanda tangan dari Kak Septantya Chandra, Kak Zelie Petronella, Kak Anggun Prameswari dan Kak Kent Sutjipto :D


Penampakan sudut ruangan tempat saya menuliskan review ini :p
                Gimana? Semakin penasaran kan dengan kisah-kisah yang menarik di Love and The City? Buruan beli dan baca. Oh, ya, jangan lupa ceritakan pada saya mana cerita yang menjadi cerita favorit kalian. Saya tunggu... :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar