Hari ini adalah pagi pertama saya
hidup di Kota Malang. Tempat kost yang terdiri dari sembilan kamar ini hanya
satu kamar saja yang penghuninya sudah datang. Kamar saya. Terbayang kan betapa
sepinya di tempat kost sendirian. Untuk membunuh sepi dan jenuh, sabtu malam
saya membuat janji dengan teman saya yang tinggal tidak jauh dari tempat kost
saya untuk jalan-jalan pagi bersama di sekitar kompleks perkampungan.
Itung-itung pengenalan ligkungan lah, karena saya terbilang masih sangat baru
di lingkungan ini.
Kurang
lebih pukul enam pagi teman saya mengirim pesan singkat yang berisi ajakan agar
saya cepat datang ke mulut gang. Ketika saya hampiri, teman saya malah mengajak
saya untuk bersepeda saja. Padahal saya tidak punya kendaraan apa pun di sini.
Hanya sepasang kaki saja yang siap sedia menemani saya kemana pun saya hendak
pergi. Dengan entegnya teman saya menyuruh saya duduk di boncengan dan mulai
mengayuh sepedanya. Sebenarnya saya kasihan dia harus membonceng saya yang
sangat kurus ini, tapi ya sudahlah itu resiko dia sudah mengajak saya
bersepeda.
Awalnya
kami hanya memutari kompleks dan dia menunjukkan tempat-tempat vital yang wajib
diketahui maba seperti saya seperti tempat makan, warnet, dan lain sebagainya.
Namun, sesampainya di mulut gang yang lain, dia mengayuh sepedanya menuju jalan
raya. Saya pun mulai bertanya kemana dia akan membawa saya pergi dan dia
menjawab saya akan diberitahu deretan toko yang menjual buku dengan harga murah
di sekitar kota Malang. Ya, daerah Wilis. Setelah itu dia bilang akan mengajak
saya keliling Universitas Negeri Malang dan melihat dimana letak kampus saya.
Saya yang tidak curiga dan tidak tahu jalan hanya menurut saja.
Akhirnya
setelah beberapa lama kecurigaan mulai muncul dalam benak saya. Setelah
melewati daerah Wilis kenapa tidak putar balik, jangan-jangan saya akan dibawa
ke tempat yang aneh, pikir saya. Dan ternyata kecurigaan saya sedikit terbukti.
Bukan tempat yang aneh melainkan saya dan dia yang terlihat aneh di sana. Bagaimana
tidak, saya hanya mengenakan sendal jepit sedangkan dia melepas sendal jepitnya
dan menaruhnya di keranjang sepeda.
Dia membawa saya ke jalan Ijen
dimana disana sedang diadakan Car Free Day. Saya pun turun dan memandang
jengkel ke arah teman saya. Saya bingung kenapa saya diajak ke tempat ini dan
ternyata alasannya adalah dia ada janji dengan temannya untuk bertemu di sini.
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya temannya pun menghampiri kami. Setelah
berbincang sebentar, mereka mengajak saya jalan-jalan ke pasar minggu, masih di
kawasan Car Free Day. Di sana ramai sekali. Banyak pedagang yang menjajakan
makanan, aksesoris, bahkan hewan piaraan. Mata saya tertuju hanya pada satu
stan yang menjual kelinci. Saya ingin sekali memelihara kelinci, tapi Ayah saya
melarangnya karena tidak ada tempat. Akirnya saya hanya melihatnya saja.
Setelah puas jalan-jalan, mereka
mengajak saya untuk sarapan soto ayam. Lebih enak dibandingkan nasi goreng yang
saya beli semalam. Setelah selesai makan, kami pun berjalan pulang. Entahlah
berapa kilometer jauhnya yang jelas cukup melelahkan.
Sesampainya di gerbang
Universitas Negeri Malang, saya dan teman saya bepisah dengan teman dari teman
saya. Sesuai janjinya, teman saya pun mengajak saya berkeliling Universitas
Negeri Malang dulu sebelum mengantar saya pulang. Ternyata Universitas Negeri
Malang ini luas dan saya baru menyadarinya.
Tepat pukul delapan pagi saya
sudah sampai di depan tempat kost saya. Pagi yang cukup menyenangkan dan
setidaknya pagi ini membuat saya merasa saya tidak sendiri di kota Malang. :)
Ini adalah beberapa foto yang saya minta dari teman saya yang kebetulan datang ke Car Free Day setelah saya pulang dari sana karena saat saya kesana saya tidak membawa kamera. :D
Tidak ada komentar :
Posting Komentar