Kamis, 22 Januari 2015

Berawal dari Hobi

Kuliah, pulang, kuliah pulang atau sering disebut “kupu-kupu” sudah menjadi rutinitas saya satu tahun terakhir. Kuliah hanya dilaksanakan lima hari dalam satu minggu dan di akhir pekan adalah waktu untuk beristirahat. Ya, libur akhir pekan.  Sebagian besar teman-teman saya menghabiskan liburan ini dengan pulang kampung. Sedangkan saya, hanya berdiam di dalam kamar kos beukuran dua kali tiga meter. Saya tidak suka menghabiskan libur akhir pekan dengan selalu pulang kampung, walaupun sebenarnya kampung saya dan tempat saya menempuh pendidikan sekarang tidak sejauh jarak kampung teman-teman saya. Bukan karena tidak rindu dengan keluarga, tapi saya juga harus berhemat. Bayangkan saja jika biaya sekali pulang kampung adalah 52K dan dilakukan empat kali selama satu bulan, totalnya menjadi 208K sedangkan uang saku bulanan saya 600-700K. Saya merasa sangat rugi jika dengan uang saku sebesar itu tidak dapat menyisihkannya untuk ditabung. Namun, darimana saya bisa menabung jika saya hanya memiliki pemasukan berupa uang kiriman orangtua? Ketika saya berpikir untuk bekerja paruh waktu, saya merasa saya tidak akan sanggup karena jadwal kuliah yang padat dan tugas kuliah yang sedemikian banyak. Saya terus berfikir bagaimana saya bisa menabung dan meminimalkan pengeluaran saya. Terlintas sejenak dalam benak saya untuk merintis usaha jual-beli.
            Semua hanyalah angan sampai saya pulang kampung. Saat di rumah, saya mengorek isi kamar saya. Saya yakin, dari sini saya bisa mendapat ide bisnis dari apa yang saya temukan. Benar saja, saat saya membuka laci kecil di bagian bawah almari, saya menemukan gulungan-gulungan benang beserta sebuah batang terbuat dari logam yang biasa disebut “hakken”. Gulungan-gulungan benang ini adalah sisa benang yang saya gunakan untuk membuat rajutan. Ingatan saya kembali ke masa dimana saya dulu menjual pernik-pernik kecil dari rajutan yang saya buat sendiri kepada teman-teman saya. Namun semua terhenti ketika saya akan menjalani Ujian Nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi. Dari sana saya berpikir, kenapa tidak dimulai dari sini lagi?
            Sebenarnya merajut adalah hobi saya. Saya mulai belajar merajut ketika saya masih kelas 6 SD. Seiring berjalannya waktu, saya mulai belajar pola-pola baru dan menghasilkan sebuah karya. Awalnya saya tidak pernah berniat untuk menjual karya saya. Saya hanya ingin menggunakan karya saya sendiri karena menurut saya, saya jauh lebih bangga bila menggunakan hasil karya sendiri. Untung tak bisa ditolak, ketika itu saya kelas 9 SMP, teman sekelas saya memesan sebuah bros seperti yang sering saya kenakan. Saya sangat senang, dan membuatkannya. Saat itu saya mulai berpikir untuk meneruskan hobi saya ini menjadi usaha kecil. Benar saja, ketika saya duduk di bangku SMA, banyak sekali pesanan yang saya terima. Ada yang memesan bandana, ada yang memesan bros, syal dan dompet untuk ponsel. Ibu saya pun mendukung usaha kecil saya ini selagi tidk mengganggu waktu belajar saya. Karena saya sering lupa waktu ketika sudah tenggelam dengan keasikan membuat sebuah karya. Usaha saya terus berjalan sampai akhirnya saya terpaksa harus berhenti sejenak karena  saya harus fokus pada Ujian yang sudah di depan mata.
            Sekembalinya dari kampung, saya membawa serta beberapa gulung benang dan hakken. Setelah mengerjakan tugas kuliah saya pun lebih sering mencari gambar contoh hasil rajutan yang bisa menginspirasi saya membuat karya baru daripada bermain game. Selain itu, saya mulai mencari tahu toko yang menjual bahan baku karya saya. Setelah mengorek beragam informasi, saya menemukan dua toko yang menjual bahan-bahan kerajinan yang saya butuhkan. Saya semakin bersemangat untuk merintis usaha ini lagi. Bahan baku sudah ada, contoh gambar pun sudah. Saya merasa inilah waktu yang tepat untuk merintis usaha ini.
            Memiliki usaha sendiri  adalah salah satu mimpi saya. Dan mimpi saya yang lain adalah menjadi seorang pendidik. Terlalu jauh jika dihubungkan secara langsung. Namun, bagi saya, dua hal tersebut adalah dua hal yang sangat dekat dan “nyambung”. Inti dari dua mimpi saya tersebut adalah memaksimalkan diri saya agar bisa bermanfaat untuk oranglain. Dengan menjadi seorang pendidik saya bisa membantu generasi penerus bangsa untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas, bermoral dan memiliki pengetahuan yang luas dengan membagi ilmu yang saya dapatkan. Dengan menjadi seorang pengusaha saya bisa membantu teman-teman, tetangga-tetangga saya ataupun oranglain yang membutuhkan pekerjaan. Karena saya memiliki usaha sendiri, berarti saya membuka lahan pekerjaan baru dan bisa sedikit mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Terdengar sulit memang namun, saya akan terus berusaha untuk mewujudkannya.
            Untuk mewujudkan mimpi saya menjadi seorang pendidik, sekarang saya menempuh pendidikan di salah satu Universitas Negeri di kota Malang. Untuk mewujudkan mimpi saya memiliki usaha sendiri, saya mulai memanfaatkan akhir pekan saya untuk membuat karya yang bernilai jual dan tentunya bemanfaat untuk orang lain. Saya sangat berharap kelak saya bisa membuka toko yang memasarkan hasil karya saya sendiri baik di dunia nyata maupun dunia maya. Namun, yang lebih penting dari harapan itu adalah mulai untuk bangun dari mimpi dan melakukannya dengan aksi nyata. Karena mimpi hanya akan terwujud menjadi nyata ketika kita bangun dan melakukan aksi, bukan beraksi di dalam mimpi. Ganbatte kudasai !!! :D






“Postingan ini diikutsertakandalam #evrinaspGiveaway: Wujudkan Impian Mu”

http://evrinasp.com/2015/01/21/my-first-giveaway-evrinaspsgiveaway-wujudkan-impian-mu/

2 komentar :

  1. brosnya bagus sekali. semoga impiannya terkabul mba

    BalasHapus
  2. wah...asyik mbak kalo punya ketrampilan ya. semoga sukses mbak. aaamiiin.

    BalasHapus