Dear My Beloved Friend,
Hai, bagaimana kabar kamu disana?
Tiga tahun sudah kita dipisahkan jarak dan waktu. Tiga tahun sudah kita
menempuh pendidikan di atap yang berbeda.Bertemu dengan orang-orang yang
berbeda. Menjalin persahabatan dengan manusia yang berbeda pula. Tapi, aku
sangat bersyukur karena kamu tidak melupakanku. Tenang, aku juga tetap ingat
kamu kok. I miss you so bad. Kamu tahu,
apa yang sekarang aku pikirkan? Aku hanya ingin bertemu denganmu. Meledakkan
tangis dan kisahku dalam pundakmu, sahabatku. Bukan karena disini aku tidak
bahagia, bukan. Bukan juga karena aku tidak memiliki sahabat lain disini,
bukan. Tapi entahlah, untuk satu hal ini hanya kamu lah yang paling mengerti
aku. Membuatku bangkit lagi dengan caramu. Ya, aku rindu caramu mencambukku
agar aku sadar dan tidak terus dibutakan dengan perasaanku yang terlalu
abu-abu.
Aku masih ingat di hari ketika acara
pelepasan siswa kelas IX tiga tahun lalu. Tangis meledak di penghujung acara.
Dalam rangkulan dua anak manusia yang berharap tidak ingin dipisahkan. Kamu
harus melanjutkan pendidikan di kutub utara, sedangkan aku harus menempuh
pendidikan di kutub timur (ngaco dikit, hahaha). Kamu ingat? Kita pernah
menganggap kita seperti saudara kembar. Hahaha, iya jelas itu ngaco. Tapi
entahlah, sepertinya Tuhan memang menciptakanmu untuk jadi sahabatku. Sahabat
sebenarnya. Apa yang kamu rasakan aku pun rasakan dan apa yang aku rasakan kamu
pun rasakan. Walaupun dalam format yang berbeda. Terlampau banyak itu terjadi
sehingga kita membuat kesimpulan absurd bahwa kamu dan aku adalah anak kembar.
Bahkan yang lebih absurd, kita pernah bercanda untuk menjodohkan anak-anak kita
kelak, hahaha.
Kucing Persia dan Penguin
Madagascar. Itu lah julukan kita saat masa putih biru. Hahaha, sangat absurd
jika dipikir-pikir. Mana ada Kucing bersahabat dengan penguin? Yang ada ya bertengkar
melulu rebutan ikan, hahaha. Tapi faktanya, itu hanya julukan. Buktinya kucing
dan penguin bisa jadi sahabat yang baik tuh sampai sekarang (pasang wajah ngece).
Kamu.. Iya kamu. Aku ingin
secepatnya kita bertemu. Aku terlampau ingin menumpahkan semua perjalanan
hidupkuku selama ini, padamu. Kamu juga begitu kan? Dalam surat ini, tak banyak
yang aku kupas dari sejarah persahabatan kita. Kenapa? Karena terlalu banyak
dan terlalu manis sehingga aku bingung harus memulainya dari mana. Kamu pasti
mengerti, sahabat sejati akan selalu ada kapan pun dan dalam keadaan apa pun.
Aku berharap persahabatan kita selamanya seperti itu. Selamanya :)
Semoga kamu membaca ini.. :)
R.A.S
Tidak ada komentar :
Posting Komentar