Jumat, 20 Juni 2014

Judulnya First Time

Morning Friday….
            Lelah. Itu yang saya rasakan sekarang setelah merantau beberapa hari di Kota Malang. Di jumat pagi yang cerah ini, saya ingin berbagi pengalaman pertama saya merantau di kota Malang. Seperti judul tulisan ini, kemarin pada hari minggu tanggal 15 juni 2014 saya merantau ke kota Malang. Pertama kali saya pergi ke kota Malang dengan mengendarai angkutan umum yaitu bus. Biasanya sih kalau ke Malang saya biasa naik sepeda motor, mobil atau bus pariwisata, tapi kali ini lain. Saya mengendarai bus umum.
            Sebelum saya berangkat, tentu saja saya menyiapkan barang-barang yang saya butuhkan disana seminimal mungkin. Ya, saya tidak mau membawa barang-barang yang tidak (kurang) penting seperti yang sering saya lakukan ketika hendak bepergian kemana pun. Saya memang termasuk orang yang ribet kalau mau bepergian. Entahlah, begitulah saya. Selesai packing, dan mengeluarkan beberapa benda yang hanya memberatkan tas ransel saya. Dan pada saat itu juga, ibu saya lewat. Beliau menanyai saya kenapa barang-barangnya dikeluarkan? Dan lain sebagainya. Setelah  berdebat sedikit akhirnya saya masukan lagi barang-barang itu. Dan alhasil, saya harus membawa dua tas karena ransel saya tidak cukup. Serius deh, mirip banget sama orang yang mau pindahan. Dan tahukah apa yang membuat ransel saya penuh dan tadi saya keluarkan? Yup, makanan ringan dan roti yang dibelikan ibu. Mungkin ibu saya takut saya kelaparan kali ya. Takut saya kurus mendadak dan takut pipi saya kempes. Hehehe :D
            Packing selesai, waktunya berangkat. Saya berangkat bersama sahabat saya dan kakak sahabat saya. Kami berangkat dari Kertosono. Jadinya kami harus menumpang bus jurusan Surabaya dulu setelah itu turun di terminal dan naik bus jurusan Malang. Iya karena dari arah kami menunggu bus dipastikan tidak akan ada bus jurusan Malang. Bus jurusan Surabaya yang saya tumpangi mengharuskan saya untuk berdiri karena tempat duduk yang penuh. Saya pikir, jarak antara terminal dan tempat kami menunggu bus itu dekat, ternyata jauhnya minta ampun. Kurang lebih 30 menit saya berdiri dengan menggendong tas ransel di depan dan menjinjing tas. Rasanya pundak dan kaki saya mau patah.
            Setelah sampai di terminal, kami turun dan menunggu bus puspa indah datang. Saya merasa lelah dan memutuskan untuk duduk. Saya berbincang bersama sahabat saya dan kakaknya, sampai seorang bapak-bapak yang sudah cukup tua lewat dekat kami dan memperingatkan kami. Beliau memperingatkan kami untuk hati-hati dan menjaga barang bawaan kami baik-baik. Perasaan saya mulai tidak enak. Saya memutuskan untuk berdiri. Dan saya sesekali memperhatikan ke sekeliling. Ada sekelompok orang yang gerak-geriknya mencurigakan. Saya semakin takut, tapi saya berusaha untuk tidak terlihat takut. Kakak sahabat saya yang sudah berpengalaman menumpang bus umum ini juga mengingatkan saya untuk tetap waspada dengan orang-orang itu karena mereka mungkin akan mengambil apa yang bukan hak mereka dari kita. Deg. Rasanya saya ingin sekali menelpon Ayah saya untuk menjemput saya dan membawa saya pulang.
            Bus yang ditunggu pun datang. Karena banyak penumpang yang ingin pergi ke Malang, alhasil semua berebut untuk naik bus. Ini lah pertama kali saya berdesak-desakan untuk menaiki bus. Saya hampir tidak bisa masuk sampai sahabat saya yang sudah berhasil masuk menarik saya dari dalam. Pada saat itu lah, pertama kali saya merasa ingin pingsan karena benar orang yang tadi tingkah lakunya mencurigakan berusaha mengambil yang bukan hak mereka dari tas seorang ibu-ibu. Tuhan, baru pertama kali saya melihat ini dan saya tidak mau lagi. Cukup.
            Setelah masuk di dalam bus yang cukup kecil ini, saya duduk bersebelahan dengan seorang gadis yang usianya sebaya dengan saya. Tujuan kami sama, ke Kota Malang tapi urusan kami berbeda. Saya lega sekali bisa dapat tempat duduk dan tidak berdiri. Karena perjalanan yang akan kami tempuh cukup jauh dan memakan waktu yang cukup lama. Saya merasa lebih aman di dalam bus ini daripada di terminal namun, saya juga harus tetap waspada.
            Singkat cerita, akhirnya saya sampai di terminal landung sari Malang. Setelah turun dari bus, saya dan dua rekan saya langsung menaiki angkot dengan label ADL. Ini bukan pertama kalinya saya naik angkot loh, tapi pertama kali naik angkot kota Malang (hehehehe). Kami turun dulu di tempat kost sepupu sahabat saya untuk mengambil motor. Disana sudah ada teman saya yang siap mengantar kami ke kost kakak sahabat saya.
            Sampai di tempat kost, kami langsung mengantri untuk mandi dan istirahat. Ketika hari mulai malam, kami merasa lapar. Saya diajak teman saya dan kakaknya untuk jalan-jalan malam dan membeli makan di salah satu tempat makan yang cukup ternama di Malang (lebay). Ini adalah pertama kalinya saya pergi jalan-jalan malam tanpa ada kakak saya maupun orangtua saya di samping saya. Suasana malam di kota Malang berbeda dengan di tempat tinggal saya. Di Malang, saya tidak bisa melihat bintang. Saya juga tidak bisa membedakan malam bulan purnama dengan malam bulan baru, karena langit selalu terang bukan karena sinar bulan melainkan polusi cahaya.
            Kurang lebih tiga hari dua malam sudah saya merantau di kota Malang. Urusan saya pun juga telah selesai. Saya dan sahabat saya beserta kakaknya bergegas pulang. Kami naik angkot menuju terminal landung sari. Di sana banyak bus puspa indah yang siap untuk mengangkut kami. Dan kami tidak perlu berebut bus seperti tempo hari. Perjalanan kami cukup lama, dan di perbatasan antara Kediri dan Malang bus kami transit sebentar. Kira-kira lebih dari 15 menit.
            Bus yang saya tumpangi memutari kota Jombang dahulu sebelum kami turun dan menaiki bus harapan jaya jurusan trenggalek. Kami turun di Kertosono, tempat kami menanti bus saat kami berangkat tempo hari. Karena barang bawaan saya dan teman saya cukup banyak, akhirnya kami memutuskan untuk naik becak. Ini adalah kali pertama saya naik becak. Awalnya saya sedikit takut, apalagi ketika melewati jalanan menurun.

            Alhamdulillah, kami sampai dengan selamat tanpa kurang satu apa pun. Hari-hari itu banyak sekali hal-hal baru yang saya alami pertama kali. Dan hari-hari itu, memberi banyak pelajaran kepada saya. Mungkin pada akhirnya saya bisa saja kapok mengendarai kendaraan umum dan memilih mengendarai kendaraan pribadi untuk melanjutkan merantau di Kota Malang. Tapi saya juga tetap ingat bahwa setiap keputusan memiliki risiko masing-masing. Demikian pengalaman saya merantau di kota Malang. Tetaplah waspada dan berhati-hati. Semoga Allah selalu melindungi kita, aamiin... :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar