Sabtu, 02 Januari 2016

Sekilas tentang Ayat Ayat Cinta



Judul Buku : Ayat Ayat Cinta
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Editor : Anif Sirsaeba A.
Penerbit          : Republika
Tebal Buku : 208 halaman
Cetakan          : XI (Revisi), Februari 2006
ISBN : 979-3604-02-6

Ayat Ayat Cinta merupakan novel karangan Habiburrahman El Shirazy yang mendulang kesuksesan hingga diangkat ke layar lebar. Semua pasti sudah hafal dengan kisah Fahri, Aisha dan Maria dalam novel ini diluar kepala. Kalau belum? Yah, rugi sekali dong. Saya saja yang sudah menonton filmnya dan baru kemarin berkesempatan untuk membaca novelnya merasa sangat rugi. Kenapa? Karena sungguh novel ini lain daripada novel-novel yang saya baca sebelumnya dan saya merasa rugi karena baru membacanya sekarang.

Memangnya dulu kemana saja?
Dulu, uang saku yang pas-pasan dan tidak mungkin saya belikan novel. Bisa-bisa saya jalan kaki ke sekolah yang jaraknya berkilo-kilometer. Jadi, tabungan saya, saya alirkan dulu ke kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendesak.

Kan bisa pinjam?
Seharusnya, tapi teman-teman saya tidak ada yang punya. Kan jadi nelangsa.

Saya ingat, dulu saat novel ini sedang ramai-ramainya diperbincangkan, saya hanya bisa diam mendengar dan mengamati keindahannya dari mulut ke mulut, dari gambar ke gambar. Saya tidak punya daya hanya untuk meminjam novel ini apalagi membeli. Sampai pada suatu malam, saya bermimpi salah seorang teman saya membawa novel ini. Saya mengejarnya hendak meminjamnya namun, dia malah tertawa dan mengayuh sepedanya dengan cepat. Saya terus mengejarnya sampai... gedebug!!! Saya jatuh dari ranjang dan sadar bahwa itu hanya mimpi. Besoknya, lutut saya lebam.

Baik, kembali ke topik. Pada sampul novel ini ada beberapa kata yang ditulis dalam tanda kurung yaitu “sebuah novel pembangun jiwa”. Saya tertarik dengan kata-kata ini daripada judulnya. Kenapa? Karena saya merasa pasti ada hal yang istimewa di dalamnya.

Jangan ditanya bagaimana pertama kali saya membaca bab pertama. Kata-katanya sungguh indah, tak kalah dengan novelis idola saya. Rangkaian kata-katanya indah dan mengalir. Tapi bukan itu yang istimewa. Bukan. Keindahan sesungguhnya terdapat dalam paragraf-paragraf yang diselipi pesan moral, keindahan Al-Quran dan keindahan Islam. Ah, sungguh saya tidak merasa berat mencernanya karena pesan tersebut dijelaskan dengan ringan dan mudah dipahami.

Saya tidak menangis ketika membaca novel ini, hanya sekali berkaca-kaca (sama saja ya? hehehe). Tapi, saya merinding ketika adegan tokoh Fahri melangsungkan akad nikah dan ketika tokoh Maria mengucapkan dua kalimat syahadat.

Semakin dalam saya selami buku ini, saya merasa semakin kecil dan tidak ada apa-apanya.  Saya merasa semakin kecil karena ilmu yang saya miliki sungguh sedikit dan tidak ada apa-apanya atau dengan kata lain saya masih fakir ilmu.

Kesimpulannya, kata-kata ini “sebuah novel pembangun jiwa” memanglah tepat melukiskan keseluruhan isi novel Ayat Ayat Cinta. Novel ini memang benar-benar membangun jiwa. Bukan sekadar berkisah mengenai cinta, namun juga berwasiat tentang kebaikan-kebaikan dalam berkehidupan sehari-hari. Novel ini, cocok untuk menemani kalian yang haus akan bacaan yang ringan namun berisi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh.

2 komentar :

  1. yang sequelnya beloman bacaa :/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga belum Mbak Nin, tapi udah ada rencana buat berburu di IBF :D

      Hapus