Sabtu, 25 April 2015

Hadiah untuk Saya dan untuk Mereka

"Hadiah spesial apa yang telah saya berikan untuk diri saya? Hadiah spesial apa yang telah saya berikan untuk orang lain?"

Saya merasa ditampar dengan pertanyaan itu. Saya duduk merenung lama, mengingat apa yang telah saya hadiahkan pada diri saya selama sembilan belas tahun terakhir dan saya merasa tidak ada. Saya bercermin pada masa lalu saya, adakah sekali saja dalam helaan napas saya saya pernah memberikan diri saya sendiri sebuah hadiah? Saya rasa pernah sekali. Namun, saya tak yakin ini adalah hadiah spesial ataukah hanya sebuah mimpi buruk.

Saya selalu mengingat pesan-pesan dari Ayah saya untuk menjadi orang yang jujur. Sulit memang, di tengah lingkungan yang penuh ketidakjujuran saya harus berdiri dan berteriak lantang untuk sebuah kejujuran. Hati saya selalu meragu apakah saya sanggup untuk menerima apa pun atas sebuah kejujuran yang saya ungkapkan?

Ketika saya membuka kembali pesan-pesan Ayah, saya merasa dikuatkan dan dimantapkan.
 "Berbohong nikmat sesaat berubah resah, Jujur nikmat seumur = tatag"
 "Tak seorangpun di dunia ini dapat menutupi kebohongan yang dilakukan, hatinya selalu menjerit dan bersuara, 'aku telah berbohong'. Jujurlah dan hatimu akan tenang"


Suatu ketika saya dihadapkan pada sebuah situasi yang genting. Ujian Nasional, mungkin itu selalu menjadi momok paling menakutkan bagi siswa. Saya merasa itu memang hal yang harus semua siswa lewati, kalau selama ini belajar dengan sungguh-sungguh, melewatinya bukanlah hal yang sulit.
Sebuah isu beredar dengan cepat bahwa Ujian kali ini ada 20 paket soal, saya mulai ragu. Saya menguatkan hati saya, meyakinkan hati saya bahwa saya bisa melewatinya.
Sebuah isu baru beredar, sebuah kunci jawaban. Bagi mereka yang tidak percaya pada kemampuan mereka sendiri, mereka pasti goyah dan na'asnya lingkunganku goyah. Sempat terbesit untuk goyah juga, tapi saya ingat pesan Ayah. Tidak saya tidak akan goyah.

Hari itu pun tiba, pelaksanaan Ujian. Saya duduk di depan ruang ujian sembari membolak-balik buku untuk menghafalkan rumus matematika yang rumit itu. Ujian masih akan di mulai 45 menit lagi. Saat itu lah salah seorang teman saya datang, dia duduk di samping saya dan menanyakan kesiapan saya hari itu. Saya menjawab ragu bahwa saya siap. Dia tahu saya mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika. Tanpa saya duga dia memberikan saya selembar kertas berisi "kunci jawaban", katanya. Saya menolak, tapi saya ragu. Dia meyakinkan saya, mengingatkan saya akan impian-impian saya yang akan gagal jika saya tidak bisa melewati ujian hari ini. Saya diam dan merenung, saya memang punya mimpi tapi saya tidak mau meraihnya dengan cara yang kotor. Saya pun menolak dengan tegas dan dia pergi.

Ujian dimulai, saya deg-degan. Waktu yang disediakan adalah dua jam. Saya mengerjakan soal di hadapan saya dengan teliti, saya berjuang keras, saya tidak mau menyerah. Pengawas memberitahukan bahwa waktu ujian kurang 15 menit lagi. Saya menengok pekerjaan saya, hanya berisi kurang dari separuh. Mata saya mulai panas. Saya berusaha lebih keras dan ketika pengawas memberitahukan bahwa waktu kurang sepuuh menit saya menyerah. Saya menghitamkan lembar jawaban saya dengan asal. Menurut saya itu lebih baik karena kemungkinan saya masih bisa memperoleh poin daripada saya membiarkan lembar jawaban saya kosong momplong.

Ujian selesai, saya tidak mampu menahan air mata saya. Saya berlari menuju perpustakaan dan menangis di pojoknya. Saya merasa gagal, saya merasa sakit. Saya sempat berpikir kenapa saya bodoh sekali menolak kunci itu, tapi saya segera tersadar dan tidak menyesali hal itu. Saya ingat pesan Ayah bahwa kebohongan hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat. Kebahagiaan semu.

Pengumuman hasil Ujian keluar, dan tentu saja nilai saya pas-pasan, tapi saya bersyukur setidaknya itu adalah hasil usaha saya sendiri. Saya bangga. Di balik itu saya juga merasa kecewa sekaligus sakit karena hasil mereka lebih baik.

Saya tahu, Allah akan memberikan nikmat sebagai buah dari kesabaran. Setelah kejadian itu, Allah memudahkan jalan saya untuk meraih mimpi saya. Saya diterima di Universitas yang saya inginkan tanpa tes. Saya bersyukur saya telah menghadiahi diri saya sebuah keyakinan dan kejujuran yang terbungkus dalam sebuah pengalaman. Saya tidak tahu jika pada saat itu saya goyah, pasti saya tidak akan ada di sini sekarang.

Hadiah spesial apa yang telah saya berikan untuk orang lain?

Saya merasa tidak ada yang lebih berharga, lebih spesial yang dapat saya berikan untuk orang lain selain ilmu yang saya miliki. Beberapa waktu lalu, saya mendapat pengalaman yang sangat berharga. Saya berkesempatan untuk membagi ilmu saya kepada anak-anak di suatu desa. Di desa itu, tingkat kesadaran akan pendidikan masih kurang. Namun, sekarang sudah menjadi lebih baik ketika sekelompok relawan datang dan membantu anak-anak di sana untuk belajar.
Saya prihatin ketika melihat mereka yang masih belum terlalu lancar berhitung dan membaca di usia mereka yang seharusnya sudah menguasai pengetahuan yang lebih banyak. Saya ingat, dulu ketika usia saya sama seperti mereka saya sudah menulis cerpen pertama saya.
Saya membagi ilmu saya yang masih sedikit ini untuk menuntun mereka belajar berhitung, belajar membaca dan saya selipi motivasi agar mereka tidak berhenti belajar. Karena masih ada banyak hal menakjubkan yang harus mereka jelajahi.
Saya tidak tahu kenapa, saya merasa sangat bahagia ketika melihat mereka sudah lancar membaca dan berhitung. Dua kemampuan dasar yang harus mereka miliki untuk bisa menguasai ilmu pengetahuan yang lain. Pengalaman ini juga menyadarkan saya, lebih sulit untuk mengajari dasar-dasar ilmu pengetahuan daripada menerapkan dasar-dasar ilmu pengetahuan untuk mempelajari ilmu lain.

Saya rasa, masih itu yang dapat saya berikan untuk diri saya dan orang di sekitar saya. Saya tidak mau berhenti di sini. Saya akan terus berjuang untuk menjadi orang yang lebih baik dan bisa membagikan kebaikan dengan orang lain... :)

2 komentar :

  1. ayah rezka pasti bangga subhanallah :)

    BalasHapus
  2. Terkadang jujur itu menyakitkan. Tp itulah hidup, life = risk.

    Btw, aku mau ngasih tau juga kalo di blog aku lagi ada Giveaway :) http://gebrokenruit.blogspot.com/2015/05/giveaway-kedua-mfrosiy.html Ditunggu partisipasinya ya :) Tuliskan aspirasimu dan tebarkan inspirasi terhadap sesama. Selamat berkreasi.

    BalasHapus